Kementerian Kesehatan RI angkat bicara mengenai unggahan poster soal berobat ke Malaysia yang viral di media sosial. Poster ini dipasang di pagar Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta Selatan. Juru bicara Kemenkes RI, dr Syahril mengatakan masyarakat tak perlu heran, sebab RS di Indonesia juga melakukan hal serupa di Malaysia.
"Jadi pelayanan kesehatan sudah bersifat global. Artinya, tiap negara, institusi layanan kesehatan, baik itu swasta, pemerintah punya kebebasan dalam memberikan informasi dan termasuk promosi produknya kepada masyarakat," ujar Syahril.
Syahril mengimbau masyarakat tidak heran dengan keberadaan promosi produk layanan kesehatan dari luar Indonesia. Karena, rumah sakit di Indonesia juga berhak melakukan hal serupa, termasuk memasang promosi di Malaysia.
"Contoh rumah sakit swasta di luar negeri iklankan program unggulannya. Rumah sakit kita juga boleh begitu, misalnya RSCM promosi di Malaysia, Singapura, dan sebagainya," kata dia.
Syahril turut menekankan, setiap pasien berhak memilih di mana saja layanan kesehatan yang ingin digunakan. Oleh karena itu, dia kembali menekankan, iklan produk dan layanan kesehatan dari Malaysia tidak perlu diperdebatkan.
"Semua tergantung konsumen. Mereka yang dapat informasi tertarik atau tidak itu urusan kedua, ini urusan antara yang punya produk layanan dan konsumen," tuturnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi mengatakan bahwa alasan orang Indonesia banyak berobat ke Malaysia dan Singapura adalah selain karena obat dan transportasi lebih murah, menurutnya ada kenyamanan pasien dalam melakukan komunikasi dengan dokter.
"Kami sekarang selalu mengatakan kemampuan komunikasi pada dokter di Indonesia harus ditingkatkan, karena salah satu dasar pasien berobat ke luar negeri, berobat ke Malaysia, atau Singapura, itu salah satunya karena faktor komunikasinya yang mereka anggap lebih enak di sana daripada di Indonesia,â ungkap dr Adib Khumaidi.
Sebenarnya, pemerintah Indonesia pun tahu banyak warga Tanah Air yang lebih memilih layanan kesehatan di Malaysia. Presiden Jokowi menyadari, Indonesia memang tertinggal dalam sektor kesehatan. Saat ini, rasio dokter di Indonesia ada di level 0,47 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Tanah Air. (Istimewa/FIN)
Komentar