Fenomena 'bapak rumah tangga' semakin tren di China. Banyak pria yang memilih 'resign' dari pekerjaan untuk fokus menyelesaikan tugas rumah tangga termasuk memasak, membersihkan rumah, hingga mengasuh anak-anak. Mereka menilai keputusan untuk tinggal di rumah adalah pilihan tepat.
Chen Hualiang, pria China berusia 30-an meninggalkan pekerjaannya sebagai manajer proyek, ia memilih mengerjakan tugas-tugas rumah tangga yang biasanya dilakukan istrinya. Chen menentang tradisi patriarki yang sudah mengakar dan bahkan menginspirasi sebuah acara TV populer di China.
Mantan manajer proyek tersebut meninggalkan pekerjaan melelahkan untuk bergabung dengan kelompok bapak rumah tangga.
"Pada awalnya, ketika bekerja, seseorang memimpikan karier yang hebat dan uang ini akan membantu keluarga," katanya kepada wartawan, dikutip dari JapanToday, Kamis (10/10/2024).
"Namun, tidak ada yang pasti, dan gaji belum tentu merupakan hal yang paling dibutuhkan keluarga."
Norma sosial di China selama berabad-abad telah menetapkan laki-laki sebagai pencari nafkah, sementara perempuan bak wajib mengurus rumah tangga dan anak-anak. Bagi Chen, keputusannya untuk tinggal di rumah adalah pilihan tepat. Ia memberikan waktu luang bagi istrinya. Istri Chen bernama Mao Li, penulis buku terlaris tentang bagaimana fenomena bapak rumah tangga menjadi hal yang normal.
"Di awal pernikahan kami, saya bertanya-tanya tentang kesediaannya untuk membantu sebagai seorang suami," kata Mao.
"Ia banyak bekerja, jadi ia tidak membantu saya mengurus anak-anak dan tidak terlalu memperhatikan saya. Namun, sekarang ia mengurus anak-anak dan tinggal di rumah, saya merasa ia sangat membantu," sebut Mao.
Di Xiaohongshu, Instagram versi China, para ayah muda yang tinggal di rumah dengan bangga mempromosikan pilihan gaya hidup mereka. Chang Wenhao (37) seorang kreator konten dan pengusaha pendidikan dari kota Zhuhai, China selatan, adalah salah satu orang yang beralih haluan.
Ia menyesuaikan jam kerjanya agar 80 persen sisa waktu dapat digunakan untuk putrinya yang masih berusia tujuh tahun dan putranya berusia lima tahun. Ia mengajak anak-anaknya berkemah, berkuda, bersepeda, dan mendaki gunung.
"Dalam hal metode pendidikan, dorongan, cara membangun rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan mereka, kemandirian mereka dalam hidup, saya memberikan mereka hal-hal yang tidak mereka pelajari di sekolah atau dari orang dewasa lainnya," katanya. (Istimewa/FIN)
Komentar