Baru-baru ini, demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) tengah mewabah di Indonesia. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan para peternak. Virus ini ditandai dengan kematian babi secara mendadak. Kemenkes menegaskan virus ASF ini tak berbahaya bagi manusia lantaran tak ada penularan dari hewan ke manusia.
ASF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Asfivirus dalam famili Asfaviridae. Penyakit ini dapat menyerang babi domestik dan babi liar di semua tingkat usia. ASF dikenal sangat menular dan memiliki tingkat kematian hingga 100 persen sehingga dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi sektor peternakan babi.
Virus ASF menyebar melalui berbagai cara, termasuk: Kontak langsung antara babi sehat dan babi yang terinfeksi Melalui serangga, seperti kutu Material pembawa (fomites), termasuk pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, dan pakan mentah yang terkontaminasi virus.
Oleh karena itu, penyakit ini tidak membahayakan kesehatan manusia. Penanganan penyakit ini berada di bawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) serta dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Pemerintah Indonesia membentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus untuk menangani kasus ini menyusul tren peningkatan kasus dalam setahun terakhir. Lantaran penyakit ini telah menyebabkan kematian ribuan babi, dengan rata-rata kematian harian mencapai tiga hingga lima ekor.
Kemenkes mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memastikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian ASF dilakukan secara efektif. Otoritas terkait juga terus memantau situasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya ASF terhadap peternakan babi.
Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan penyebaran ASF dapat dikendalikan sehingga kerugian ekonomi pada sektor peternakan babi dapat diminimalkan. Kemenkes mengimbau semua pihak untuk tetap waspada dan bekerja sama dalam menanggulangi wabah ini. (Istimewa/FIN)
Komentar