Ketika pria terjangkit penyakit, bahkan hanya flu, mereka terlihat rentan dan manja. Seharian hanya berbaring, tidak mau mengerjakan apa pun. Sebaliknya dengan perempuan, saat flu menyerang, mereka tetap berkegiatan dan mengerjakan banyak hal seperti saat sedang sehat.
Menurut dokter Robert L.Wergin, perbedaannya bukan karena gender, tapi kepribadian. Ia mencontohkan kelompok pasien yang selaras dengan tubuhnya dan peduli pada kesehatannya. Sehingga saat sakit flu mereka cenderung memperbesar skalanya karena merasa ada sesuatu yang salah pada tubuhnya.
Selain itu, bagian otak yang mengontrol suhu tubuh juga lebih luas pada pria karena faktor testosteron. Ini akan menyebabkan demam cenderung lebih tinggi. Faktor budaya juga memengaruhi cara pria bersikap saat sakit. Sejak masa lampau, pria dilatih untuk merasa mereka bisa melakukan apa pun dan tak pernah jatuh.
Penelitian Klein yang dipublikasi dalam American Journal of Physiology tentang sel manusia, menemukan jika sel reseptor dalam tubuh pria lebih aktif terhadap patogen tertentu. Karena lebih aktif, ini menjadikan tubuh pria lebih peka terhadap rasa sakit. Selain itu, tubuh pria dipercaya lebih lemah jika dibandingkan tubuh perempuan. Inilah yang kemudian membuat pria menjadi lebih manja.
Dari Women's Health Magazine, diketahui jika pengaruh kondisi psikologi membuat pria lebih manja saat sakit. Selama ini, pria dianggap sebagai pribadi yang kuat dan tak terkalahkan. Inilah yang mendorongnya jadi lebih manja. Ia ingin menepis anggapan bahwa ia pribadi yang kuat. Saat sakit, pria ingin menunjukkan bahwa ia juga bisa merasakan sakit.
Sementara itu, studi yang dipublikasikan di Journal of Behavioral and Experimental Economics, menemukan jika pria cenderung lebih menolerir suatu gejala masalah kesehatan. Satu gejala saja, membuat pria panik, cemas dan khawatir. Kekhawatiran inilah yang kemudian membuat seluruh tubuh pria terasa sakit. (VIN/SOF)
Komentar