Pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) bawah tanah di Bali secara resmi dimulai pada Rabu, 4 September 2024. Upacara peletakan batu pertama berlangsung di Sentral Parkir Kuta, Badung, Bali, dengan kehadiran Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya. Acara ini juga diwarnai dengan doa tradisional yang dipimpin oleh Ida Ratu Peranda Geriya Gulingan, menandai dimulainya proyek transportasi ambisius ini.
LRT Bali, atau dikenal sebagai Bali Urban Subway, merupakan proyek ambisius dengan nilai investasi mencapai US$10,8 miliar, setara dengan Rp167 triliun. Proyek ini akan dikembangkan dalam empat fase utama. Fase pertama meliputi rute dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju Kuta, Seminyak, Berawa, dan Cemagi, dengan panjang 16 kilometer.
Fase kedua akan menghubungkan Bandara ke Jimbaran, Universitas Udayana (Unud), dan Nusa Dua, sepanjang 13,5 kilometer. Sementara itu, fase ketiga dan keempat masih dalam tahap studi kelayakan dan akan mencakup jalur menuju Ubud.
LRT Bali bertujuan untuk menarik wisatawan asing dengan menawarkan tarif sekitar Rp600 ribu, atau sekitar USD 40 per minggu. Tarif ini akan mencakup seluruh rute yang ada, memberikan kemudahan akses bagi pengunjung untuk mengeksplorasi berbagai tempat wisata di Bali. Tarif ini berlaku untuk periode mingguan dan dapat digunakan kapan saja selama periode tersebut.
Selain itu, warga lokal Bali berpotensi menikmati layanan LRT secara gratis dengan menunjukkan KTP Bali, meskipun kebijakan ini masih dalam tahap pengkajian oleh pihak berwenang.
Dengan adanya proyek LRT Bali, diharapkan akan ada peningkatan signifikan dalam kualitas transportasi di pulau ini, memperbaiki konektivitas antara berbagai destinasi wisata utama dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. (DEF/FIN)
Komentar