Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo meminta setiap pasangan suami istri (pasutri) di Indonesia memiliki 1 anak perempuan. Menurut Hasto, hal itu harus dilakukan lantaran angka kelahiran turun secara drastis yakni berada di 2,1 persen dalam satu dekade terakhir ini.
Hal ini tentunya juga tak lepas dari pengaruh menurun drastisnya angka pernikahan di Indonesia dari rata-rata 2 juta pernikahan menjadi "hanya" 1,5 hingga 1,7 juta per tahun. Ada yang menganggap hal tersebut merupakan target semata, sementara lainnya merasa target BKKBN tidaklah adil untuk perempuan.
"Kami punya target 1 perempuan rata-rata melahirkan 1 anak perempuan. Oleh karena itu BKKBN menargetkan anaknya kalau bisa 2. Karena kalau anaknya dua lebih dikit maka hampir dipastikan 1 perempuan akan melahirkan anak 1 perempuan. Secara nasional saya mempunyai tanggung jawab agar penduduk tumbuh seimbang. Kalau di desa ada 1.000 perempuan, maka harus ada 1.000 bayi perempuan lahir,â ungkap Hasto.
Pernyataan Hasto soal satu keluarga punya satu anak perempuan ini memang tak muncul tanpa sebab. Pernyataan ini menjadi upaya menjaga pertumbuhan populasi penduduk di tengah angka kelahiran di Indonesia yang terus menurun signifikan.
"Karena kalau anaknya dua lebih dikit, maka hampir dipastikan satu perempuan akan melahirkan anak satu perempuan," ujar Hasto.
Hasto membandingkan tren kelahiran saat ini dengan tahun 1970-an. Kala itu, rata-rata wanita dapat melahirkan 6-9 anak dalam setiap keluarga. Sementara saat ini, seorang wanita hanya melahirkan 1-2 anak.
Sebab, meskipun angka kelahiran Indonesia telah mencapai batas ideal 2,18, tetapi angkanya di setiap provinsi tidak merata, terutama di Jawa dan Bali yang trennya terus menurun.
âDKI Jakarta, Yogyakarta, dan Bali angkanya sudah kurang dari 2. Itu mengkhawatirkan,â kata Hasto. (Istimewa/FIN)
Komentar