Boeing telah mengaku bersalah atas keterlibatan mereka dalam kecelakaan Lion Air tahun 2018 dan Ethiopian Airlines tahun 2019. Pada 8 Juli 2024, mereka mengumumkan kesepakatan dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ) terkait konspirasi dalam proses sertifikasi pesawat 737 MAX.
Jaksa menyimpulkan Boeing melanggar kesepakatan sebelumnya dalam menangani kecelakaan yang menewaskan 346 orang. Sebagai bagian dari kesepakatan baru ini, Boeing akan didenda 243,6 juta dolar AS dan harus mengalokasikan setidaknya 455 juta dolar AS untuk program kepatuhan dan keselamatan selama tiga tahun.
Namun, keluarga korban kecelakaan maskapai Lion Air dan Ethiopian Airlines mengkritik kesepakatan ini sebagai kesepakatan manis yang memungkinkan Boeing menghindari tanggung jawab penuh atas dua insiden tersebut.
Boeing telah menghadapi krisis kepercayaan publik terkait catatan keselamatan mereka sejak dua kecelakaan yang melibatkan pesawat 737 Max pada tahun 2018 dan 2019. Kedua kecelakaan tersebut menyebabkan penghentian operasional global pesawat 737 Max selama lebih dari satu tahun.
Pesawat Boeing 737 Max yang dioperasikan oleh Lion Air jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada akhir Oktober 2018 tak lama setelah lepas landas, menewaskan semua 189 orang di dalamnya.
Apa yang sedang terjadi antara Boeing dengan pemerintah AS juga menjadi perhatian negara lain karena Boeing merupakan pemain kunci di pasar global. Pemerintah Kanada mengatakan pihaknya masih menunggu keputusan mengenai proses hukum ini dan akan menilai dampaknya setelah dikonfirmasi, dan mengatakan rencana akuisisi Poseidon P-8A sedang berjalan.
Di atas kertas, Boeing menghadapi kemungkinan pembatasan ekspor di masa depan ke sejumlah pasar internasional. Tapi nasibnya tergantung pada kebijaksanaan yang diberikan kepada lembaga-lembaga lokal dan realitas pasar pertahanan. (Istimewa/FIN)
Komentar